Buah sirsak telah diteliti dan
dikembangkan sebagai bahan baku obat kanker, terutama kanker prostat,
pankreas, dan paru-paru. Sebuah perusahaan di Amerika rela mengucurkan
miliaran dolar demi membuktikan khasiat sirsak sebagai pembunuh sel
kanker yang efektif dan jauh lebih aman ketimbang terapi kemo. Sayang,
hingga kini obat tersebut masih dirahasiakan.
Berita tentang
rahasia buah sirsak itu belakangan terkuak dan menyebar luas dengan
cepat melalui milis. Informasi tersebut tentu cukup menggembirakan,
terutama bagi para penderita kanker dan keluarganya.
"Syukurlah
kalau itu benar, papa saya biar makan sirsak saja, nggak usah ngabisin
banyak duit," ujar Emmy, yang ayahnya tujuh bulan lalu divonis menderita
kanker paru-paru.
Saat ini jumlah penderita kanker memang terus
bertambah, dan belum ada solusi yang dianggap minimal efek samping.
Sementara dalam penemuan itu disebutkan, obat berbahan baku buah sirsak
ini memiliki manfaat 10 ribu kali lebih kuat daripada kemoterapi.
Di
tengah kenyataan itu, sebuah perusahaan Amerika yang telah lama
meneliti dan mengembangkan buah sirsak (soursop) sebagai bahan obat
kanker masih menutup rapat rahasia keajaiban buah ini. Apa sebenarnya
yang terjadi dalam penelitian sirsak?
Sepuluh ribu kali lebih kuat
Semua
itu berawal dari penelitian di Universitas Purdue, Amerika Serikat,
yang berhasil membuktikan buah sirsak efektif membunuh sel-sel kanker.
Sayangnya, hasil penelitian itu belum bisa dirilis kepada publik.
Sepertinya
mereka ingin mengambil keuntungan atas hasil penelitian tersebut.
Maklum, dana yang dikeluarkan untuk penelitian itu terbilang amat sangat
besar.
Bicara soal kehebatan buah sirsak atau graviola,
sebenarnya telah lama dilaporkan lembaga-lembaga penelitian di AS.
Health Sciences Institute, AS, pada awal tahun 2000 mengungkapkan, buah
yang dalam Spanyol disebut graviola itu memiliki kemampuan sebagai
pembunuh alami sel kanker, bahkan hingga 10 ribu kali lebih kuat dari
kemoterapi yang menggunakan zat kimia.
Selain menyembuhkan
kanker, buah sirsak juga berfungsi sebagai antibakteri, antijamur, dan
efektif melawan berbagai jenis parasit atau cacing. Sirsak juga efektif
menurunkan tekanan darah tinggi, depresi, stres, dan menormalkan kembali
sistem saraf yang terganggu.
Penelitian Health Sciences
Institute diambil berdasarkan kebiasaan suku Indian yang hidup di hutan
Amazon. Beberapa bagian dan pohon ini, seperti kulit kayu, akar, daun,
daging buah, dan bijinya, selama berabad-abad dijadikan obat oleh suku
bangsa itu. Graviola atau sirsak diyakini masyarakat Amazon sebagai obat
sakit jantung, asma, gangguan fungsi lever (hati), dan rematik.
The
National Cancer Institute telah melakukan penelitian terhadap graviola
sejak tahun 1976. Uji coba itu dilakukan di 20 laboratorium independen
yang berbeda di bawah pengawasan The National Cancer Institute.
Memburu hanya sel jahat
Di
Asia, penelitian serupa dilakukan di Korea Selatan. Suatu studi yang
dipublikasikan dalam the Journal of Natural Products menyatakan, studi
yang dilakukan di Catholic University di Korea Selatan menyebutkan bahwa
salah satu unsur kimia bernama annonaceous acetogenin yang terkandung
di dalam graviola, mampu memilih, membedakan, dan membunuh sel kanker
yang berkembang di usus besar.
Penemuan yang mencolok dari studi
tersebut adalah bahwa zat antikanker itu juga mampu menyeleksi dan
membunuh hanya sel jahat kanker, sedangkan sel yang sehat tidak
tersentuh.
Bandingkan dengan kemoterapi, yang selama ini
digunakan untuk mengobati penderita kanker yang tidak bisa membedakan
sel kanker dan sel sehat. Sel-sel reproduksi (seperti lambung dan
rambut) dibunuh habis dalam kemoterapi. Dampaknya, timbul efek negatif
berupa rasa mual, rambut rontok, dan penurunan berat badan secara
drastis.
Selain itu, keampuhan buah sirsak adalah melindungi
sistem kekebalan tubuh dan mencegah infeksi yang mematikan. Dampaknya
bagi penderita kanker adalah energi mereka semakin meningkat dan
penampilan fisik semakin membaik.
Daun direbus
Di
Indonesia, sirsak sebagai obat alami juga sudah lama dikenal. Dosis
yang pernah dicoba para terapis herbal untuk mengatasi pertumbuhan sel
kanker adalah 10 helai daun sirsak yang telah hijau tua direbus dengan 3
gelas air (600 cc), dan dibiarkan hingga tersisa satu gelas air (200
cc). Setelah dingin, lalu disaring dan airnya diminum setiap pagi (ada
beberapa pasien yang minum pagi-sore).
Efek dari konsumsi rebusan
daun sirsak adalah perut terasa hangat atau panas, lalu badan akan
berkeringat deras. Perlu dipahami bahwa penggunaan ramuan herbal tidak
berkhasiat langsung atau cespleng alias sembuh seketika seperti efek
yang ditawarkan obat kimia. Artinya, butuh kedisiplinan untuk minum
ramuan selama 3-4 minggu.
Setelah itu, efeknya baru bisa
dirasakan dan itu pun belum bisa diuji secara ilmiah, lebih mengandalkan
testimoni atau pengakuan empiris.
Hambali (33 tahun) penderita
kanker prostat mengakui, setelah rajin minum jus sirsak tanpa gula
kondisinya lebih baik. Ia bisa beraktivitas kembali setelah sebelumnya
susah bergerak. Saat diperiksa di laboratorium, ternyata sel-sel
kankernya mengering. Sel-sel lain yang tumbuh (rambut, kuku, dan
lain-lain) sama sekali tidak terganggu.
Mengingat keampuhan
tersebut, alangkah indahnya jika hasil penelitian ilmiah bisa diketahui
publik dan menjadi dasar digunakannya sirsak sebagai obat kanker, agar
memberi secercah harapan bagi para penderita penyakit yang mematikan
ini.
Sumber :http://www.forumsains.com/kesehatan/sirsak-penjinak-kanker-lebih-ampuh-ketimbang-kemoterapi/